Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

13 Oktober 2008

Belajar dari ular berbisa

Ular berbisa mempunyai reputasi yang sangat buruk. Karena dia dianggap hewan yang berbahaya dan sangat mematikan. Padahal, konon ular cenderung bersikap menghindari konfrontasi dengan manusia. Dengan kata lain, ular lebih memilih menyingkir daripada berantem dengan kita. ”Berurusan dengan manusia? Caaaape ddeh!!” mungkin begitu dia bilang. Alhasil, bisa yang dimilikinya dapat difungsikan untuk mempertahankan diri atau berburu mangsa.

Lebih dari itu, kita sekarang tahu bahwa bisa ular, tidak semata-mata dapat digunakan untuk membunuh. Namun justru sebaliknya bisa memberi kehidupan kepada manusia. Karena, dengan kemajuan teknologi saat ini kita bisa membuktikan bahwa bisa merupakan sumber potensial bagi berbagai macam obat-obatan untuk menyembuhkan dan menyelamatkan hidup manusia. Dan, rupanya disinilah letak pelajaran yang hendak disampaikan Tuhan melalui sang ular itu.

Ular berbisa, dapat diibaratkan sebagai tantangan atau kesulitan hidup. Kenyataannya, hidup kita tidak selalu mudah, bukan? Semakin hari, kehidupan kita terasa semakin berat. Cobaan demi cobaan datang silih berganti. Rintangan demi rintangan seakan tiada hendak berhenti. Persis seperti bisa ular. Kita bisa mengolah bisa ular menjadi serum. Dengan serum itu, tubuh seseorang menjadi kebal. Atau disembuhkan dari berbagai macam penyakit. Demikian pula halnya dengan kesulitan hidup. Didalam setiap kesulitan hidup yang kita alami, tersembunyi ’serum kehidupan’. Dengan serum itu, kita bisa manjadikan jiwa ini lebih tahan banting. Lebih kuat dalam menghadapi cobaan demi cobaan yang datang silih berganti. Dan, dengan serum itu, kita dapat menjadikan diri lebih sehat secara mental dan spiritual.

Ular berbisa juga menggambarkan manusia-manusia yang berperangai buruk. Kita tahu bahwa kita tidak selalu berhasil membangun hubungan dengan orang lain. Ada saja orang-orang yang membuat kita tidak nyaman saat berhubungan dengan mereka. Dan, setelah kita berbuat baik kepada merekapun, tetap saja mereka menunjukkan sikap yang buruk kepada kita. Ada yang merendahkan kita. Ada yang menghina kita. Dan ada yang mencari-cari kelemahan dan kekurangan diri kita. Seakan-akan, kita sama sekali tidak memiliki sisi baik sebagai sesama manusia ciptaan Tuhan.

Begitu banyak perempuan yang dinikahi oleh para lelaki. Namun, madu kehidupan pernikahan itu perlahan-lahan mengering, dan kemudian para perempuan itu disia-siakan. Disakiti hatinya. Dan dicampakkan. Sebaliknya, banyak pula lelaki baik yang dikhianati perempuan-perempuan yang mereka nikahi. Menyisakan luka hati yang begitu dalam. Dan kekecewaan yang teramat sangat. Ular mengajarkan kepada kita, bahwa hubungan kita dengan sesama manusia kadang-kadang tidak berjalan seperti yang kita inginkan. Dan ular bertanya kepada kita; ”Sudahkah kita memiliki serum untuk melindungi diri dari semua perlakuan buruk orang lain itu?”

Dengan serum itu, kita bisa menolong diri sendiri. Supaya hidup kita tidak hancur hanya gara-gara perlakukan kurang menyenangkan dari orang lain. Karena sungguh, kita memegang kendali atas diri kita sendiri. Orang lain bisa menyakiti hati kita. Orang lain bisa merendahkan kita. Tapi, jika kita mengatakan kepada diri sendiri; ”Sorry ye, gak ngaruh!” maka, hidup kita akan baik-baik saja.

Selain itu, serum yang benar-benar tangguh bisa membebaskan diri kita dari sifat dendam. Ngapain kita mesti dendam kepada orang itu jika apapun yang dia lakukan kepada kita; tidak bisa merusak hidup kita? Justru sebaliknya, kita mesti berterimakasih kepada mereka karena bersedia menjadikan diri kita semakin kuat. Misalnya, baru-baru ini saya mendapatkan teguran yang sangat sinis dari seseorang. Dia mengatakan bahwa saya ini manusia bodoh rendah yang murahan. Namanya juga manusia, tidak semuanya sepaham dengan pendapat kita, bukan?

Saat mendapatkan kecaman itu, ego saya mengatakan;”Gue kuliah di sekolah T-O-P B-G-T, yang belum tentu manusia satu itu mampu untuk sekedar menginjakkan kakinya dikampus itu. Tapi, dia berani mengucapkan perkataan buruk itu sama gue!”. Mungkin, saya bisa membalas cacian orang itu dengan makian yang sama beracunnya. Tapi, serum itu benar-benar menolong saya untuk melihat sisi positifnya. Dan ternyata, kebodohan saya memang terbukti. Sebab, untuk sekedar membedakan gado-gado, pecel, dan lotek saja ternyata saya masih suka keliru. Oh, benar. Ternyata, saya ini tidak sempurna. Belakangan, saya berterima kasih kepada orang itu karena telah menunjukkan kelemahan diri yang bisa saya perbaiki.

Selain berguna untuk diri sendiri, serum itu juga bisa kita gunakan untuk menolong orang lain. Jika kita pernah berhasil melewati masa-masa sulit ketika dikecewakan oleh seseorang, misalnya. Maka kita bisa menolong orang lain yang sedang dilanda kekecewaan yang sama. Kita bisa memahami perasaannya. Menyelami batinnya. Dan berempati kepadanya. Lalu, menyuntikkan serum itu kedalam dirinya. Sehingga, orang itu berhasil melewati saat-saat sulit yang dialaminya. Dan kemudian mampu, membuat serumnya sendiri.

Hore,
Hari Baru!
Dadang Kadarusman
http://www.dadangkadarusman.com/

Read More ..