Dulu
saat masih kecil, saat belajar menghafal bacaan sholat. Aku menemukan
buku: "Risalah Tuntunan Shalat Lengkap" karya Drs. Moh. Rifa'i dgn
penerbit PT. Karya Toha Putra Semarang, milik bapak. Buku itu sudah agak
kumal dan kertasnya sudah kecoklatan. Banyak lipatan di sudut-sudut
lembarannya, menandakan sudah lama sekali buku ini. Aku tidak ingat
terbitan tahun berapa itu. Tapi tulisannya masih sangat jelas dibaca.
Bagiku buku ini sangat spesial, bukan karena tulisan yang dituangkan
penulisnya. Tapi di beberapa halaman buku itu ada tulisan bapak yang
terukir sangat indah dengan tinta biru. Sepertinya bapak sangat
berhati-hati dan dibuat seindah mungkin. Dan kalimat yang tertulis
itulah yang selalu kuingat ketika bapak sedang marah padaku. Atau ketika
aku sedang marah pada beliau. Kalimat itulah yang selalu meyakinkan
aku, kalau bapak sangat sayang padaku. Kalimat itu hanya terdiri dari
beberapa kata, tak lebih dari satu baris. Ditulis di tiga halaman
berbeda. Tulisan itu berbunyi:
# Anakku Sugeng Santoso
# Semoga jadi anak sholeh
# Dua anak cukup
Mungkin aku yang ke-GR-an. Tapi aku merasa tersanjung, namaku ditulis
bapak dengan sangat indah. Menunjukkan akan rasa bangganya punya anak
laki-laki. Karna aku yakin tulisan itu dibuat sesaat setelah aku lahir.
Tulisan itu menunjukkan bapak punya harapan yang besar terhadap diriku.
Tulisan terakhir sepertinya bapak sudah termakan kampanye Keluarga
Berencana. Tapi Allah punya rencana lain. Karena 7 tahun setelah
kelahiranku, aku punya adik laki-laki. Dan hanya aku seorang yang
namanya diukir di buku ini..hehehehe...
Sekarang, aku dititipi
Allah 3 anak yang dilahirkan istri pertamaku. hehehe... Aku ingin tiap
anakku juga memiliki "Hal sederhana" yang akan selalu ia ingat, betapa
aku sangat menyayangi mereka. Mereka akan selalu tahu bahwa aku sangaat
membanggakan mereka, saat mereka merasa kecewa denganku. "Hal Sederhana"
yang membuat mereka tahu bahwa Do'a-doa harapan kami selalu mengiringi
tiap bait do'a dan sujud-sujud kami.
Dari tulisan “Sederhana”
itu juga menyadarkanku, bahwa tulisan jauh lebih berkesan dan lebih
tahan lama dibandingkan ribuan nasehat. Seperti aku, sedikiit sekali
persentasenya nasihat bapak yang kuingat. Lebih banyak yang aku lupa.
Hal inilah yg memotivasiku untuk menulis. Berkarya.
Sekarang jaman
sudah berubah, terlebih jaman anak2ku nanti. Mungkin mereka akan lebih
banyak berinteraksi dengan internet dibandingkan dgn buku. Mungkin
mereka akan iseng mencari tahu tentang masa mudaku. Apa yg kutulis di
Time Line FB-ku, apa yg kutwit, apa yg ada d blog-ku. Dimana Maluku jika
yg kutulis di sana “sampah” semua? Umpatan-umpatan semua. Atau saat
kumotivasi mereka untuk jd generasi yg “Kreatif, Inspiratif &
Solutif”, tapi banyakx tulisan orang yg ku “Copy-Paste” di sana…
Teriring rinduku, Bapak.
Read More ..