Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

13 April 2008

PAFSI oh.... PAFSI

Untuk kesekian kalinya aku berusaha Manahan kantukku, sambil sesekali aku menguap. Kulirik casio-ku menunjukkan angka 03.05. ”hmm...25 menit lagi....”. gumamku sambil menyandarkan kembali tubuhku ke kursi. Kulempar pandanganku keluar selter melalui jendela kaca, ”pemandangan yang sama”, sebuah prilling tower setinggi 80 m masih menebarkan debu urea ditingkahi suara bisingnya yang memekakan telinga jika tidak memakai earplug. Juga beberapa vesel, ratusan pompa-pompa yang terus memompa tidak pernah berhenti kecuali ada trouble, ribuan pipa-pipa dari yang berdiameter kecil hingga yang besar dengan preser 120 kg/cm2G. Semuanya mengeluarkan suara dengan frekuensi yang berbeda-beda, sehingga menghasilkan harmoni suara bising yang tidak bisa dinikmati sama sekali. Tapi aku tidak merasa terganggu dengan semua itu. Apakah karena sudah terbiasa atau karena pikiranku yang memang sedang terjejali banyak masalah yang membuat dadaku terasa sempit? Aku tidak tahu, yang jelas aku memang sedang dibuat pening oleh PAFSI dengan segala permasalahannya akhir- akhir ini.

Kutarik napfas dalam-dalam dan kuhembuskan perlahan, kini mata menerawang langit-langit ruangan 4X4 m ini. Kucoba mengurai masalah-masalah yang membuatku gelisah dua minggu terakhir ini, mulai dari tidak jalannya semua agenda PAFSI dalam dua setengah bulan ini sampai keluarnya dua orang pengurus PAFSI yang selama ini menjadi motor penggerak organisasi dakwah ini dalam waktu yang hampir bersamaan, dengan alasan yang hampir sama. Akhi Haris dan ukhti Safitri, dua nama ini yang terus mengganggu pikiranku. Terlebih akhi Haris, dia tidak sekedar patner dalam organisasi tetapi kami sudah seperti saudara. Dialah yang selama ini memotivasi saya ketika sedang futur, dia pula yang sering membantuku menyelesaikan amanah-amanah dakwah. Orang-orang sering bilang ” dimana ada Hasan di situ pasti ada Haris”. Bayang-bayangan itu semakin membuatku sesak.

Aku teringat saat Haris datang ke rumah dua belas hari yang lalu sambil membawa setumpuk dokumen-dokumen PAFSI. Kulihat ada yang berbeda dari raut wajah Haris dari biasanya, terlebih dengan barang-barang yang dia bawa. Karena memang tidak ada agenda rapat hari ini. Setelah basa basi sebentar, Haris segera membuka percakapan dengan wajah serius. ”Afwan akhi, ini ana serahkan semua dokumen PAFSI ke antum”. Dia berhenti sejenak dan menundukkan pandangannya, sepertinya dia sedang menata kalimat dan nampak berhati-hati sekali. Kini kedua mata kami saling menatap dalam. Saya mencoba membaca pikiran teman saya ini. Dengan suara perlahan Haris mulai melanjutkan kalimatnya, ”Ana keluar dari PAFSI dan harakah ini, mulai saat ini”. Duar....seketika aku terperanjat, dadaku berdegub kencang, nafasku sesak, badanku bergetar dan kurasakan wajahku memanas seketika... Kami saling diam....

Enam hari kemudian saat pikiranku masih kalut, datang ukhti Safitri ditemani adiknya ke rumah. Setelah berbincang-bincang sebentar tentang kondisi dakwah yang kami tangani, dan tentu saja tentang keluarnya akhi Haris dari PAFSI, yang sedang hangat diperbincangkan dikalangan para ikhwah.Ukhti Safitri dengan suara perlahan dan tetap menundukkan pandangannya menyatakan keluar juga dari PAFSI, dengan menyebutkan alasan-alasannya. Kini benar-benar sakit hatiku...

”Hasan...masuk Hasan!!” suara panggilan dari HT membuyarkan lamunanku. ”Masuk Pak Heru!Ada apa!” . segera kujawab panggilan pak Heru, operator panelku. ”Alarm apa itu di area demin? CEPAAATT!!”. Aku baru tersadar ada suara alarm dari luar selter. Segera kubuka pintu selter yang terbuat dari almunium ini setelah semua perlengkapanku kubawa, radio HT, safety helm, ear plug, dan tentu saja safety shoes. Aku segera disibukkan dengan pekerjaanku.

Duapuluh lima menit kemudian saya sudah kembali ke selter, setelah kuyakinkan kondisi pompa netralizer yang tadi alarm sudah aman dan sekaligus me-log sheet. Kulihat ada SMS masuk ke Nokia 6610-ku. Sambil duduk kulihat nama pengirimnya ukhti Shinta. Tumben jam segini dia SMS, apa gak tidur, pikirku. Ukhti Shinta yang menjadi koordinator divisi dakwah sekolah ini adalah satu-satunya andalanku setelah akhi Haris dan Ukhti Safitri keluar dari PAFSI. Segera kubaca SMS tersebut.

Ass,afwan akhi,akhir2 ini
ana lg bnyk mslh,&
sprtinya sdh tdk
snggup memegang
amanah d PAFSI.ane
jg brhnti dr smua
kgtn dakwah & kgtn
dluar rmh.1x afwan
jiddan
.

Seketika emosiku memuncak, badanku bergetar hebat. Ingin rasanya kumaki-maki semua yang ada. Begitu gampangnya mereka meninggalkan amanah dakwah ini hanya dengan alasan banyak masalahlah, sudah tidak sefikrahlah, dan alasan-alasan lain yang membuatku muak. Aku merasa dipermainkan. Ketika obyek dakwah sudah banyak dan sudah banyak mendapat kepercayaan, mereka begitu saja meninggalkanku sendiri dalam keadaan seperti ini. Memangnya hanya mereka saja yang punya masalah.

Dada ini semakin sesak dan tidak terasa ada air bening meleleh dari kedua pelupuk mataku. Segera kusapu air mataku. Aku lafazkan istighfar berkali-kali. Syukurnya di selter aku hanya sendiri. Segera kuambil wudhu, akan kuadukan semua masalahku ini kepada pemegang jiwa ini. Akupun larut dalam sujud-sujud tahajudku. Kurajut semua keluh kesahku dalam lembaran munajatku.

Tiga hari setelah kuterima SMS dari ukhti Shinta kuputuskan mengambil cuti empat hari, aku ingin melakukan perjalanan. Aku ingin menghibur hatiku dan mengembalikan semangatku dengan keluar kota Bontang ini. Dan pilihanku adalah ke kota Balikpapan sekalian silaturahim ke rumah akhi Nanang yang terlebih dahulu cuti, dia juga anggota PAFSI tapi tidak terlalu aktif.

Sepanjang perjalanan saya sibuk dengan pikiran saya sendiri, tentang apa yang harus saya lakukan dengan PAFSI. Aku juga merasa beban dakwah ini semakin berat bila saya pikul sendiri. Sendiri? Masyaallah.....saya baru tersadar ternyata saya tidak sendiri, masih banyak anggota PAFSI yang lain. Tapi, apa yang bisa saya harap dari mereka, jangankan aktif, diundang saja tidak pernah datang. Mereka tidak seperti akhi Haris, ukhti Safitri dan ukhti Shinta yang sangat aktif, banyak ide dan penuh semangat. Kembali aku kecewa dengan kondisi ini. Sempat terpikir juga olehku untuk keluar dari PAFSI, toh tidak ada yang melarang dan tidak harus di PAFSI kalau hanya ingin beramal soleh. Tapi apa bedanya aku dengan mereka. kalau bukan aku siapa lagi yang akan menghidupkan PAFSI? Mengapa aku harus tergantung dengan orang lain? Ya...ini dia jawaban dari semua masalahku. Akupun ter senyum puas. Benar inilah jawaban dari masalah ini. Selama ini aku terlalu bergantung kepada mereka saja. Bukakankah ada Allah tempat menggantungkan semua masalah, dan selama ini saya hanya banyak berinteraksi dengan segelintir orang saja. Bukankah ada teman-teman yang lain. Astaghfirullah..... alangkah sombongnya diri ini, saya meremehkan teman-teman anggota PAFSI yang lain. Memang selama ini mereka tidak aktif, tapi tidak ada usahaku untuk membuat mereka aktif, seperti apa yang saya lakukan dengan akhi Haris yaitu saling mengingatkan dan saling memotivasi ketika ada yang futur.

Selama ini aku selalu menyalahkan mereka, padahal tidak pernah ada usahaku untuk mengingatkan mereka untuk memotivasi mereka. Dan siapa lagi yang bisa diharapkan kalau bukan aku. Aku jadi teringat perkataan Ali bin Abi Thalib. ” Ya Allah sekiranya ada seribu orang yang berjuang di jalan-Mu, akulah salah satunya. Tapi jika ada seratus orang yang berjuang di jalan-Mu, akulah salah satunya. Dan jika ada sepuluh orang yang berjuang di jalan-Mu, akulah salah satunya. Dan jika hanya ada satu orang saja yang berjuang di jalan-Mu, itulah aku”. Sungguh ini kalimat yang luar biasa yang dilantunkan orang yang luar biasa. Benar kalau bukan aku siapa lagi? Gantungkan semua harapan dan do’a kepada Allah. Bukankah Allah telah berjanji, barang siapa menolong agama Allah, Allah akan menolongnya.

Kini ada embun sejuk dihatiku, kulihat hamparan bukit-bukit hijau dari jendela bus seakan menjajanjikan harapan yang cerah.secerah harapanku saat ini untuk kembali untuk berjuang dijalan dakwah bersama teman-teman PAFSI. Tidak terasa bus yang aku tumpangi sudah memasuki kota Balikpapan. Dan orang pertama yang akan aku ajak kembali aktif adalah akh Nanang.”Bismillah..... Mudahkan langkahku ya Allah! ”


Read More ..

12 April 2008

"AKTIVIS GANTENG" Dambaan Umat

Kita sudah sering mendengar istilah aktivis atau kita sendiri adalah aktivis. Baik aktivis lingkungan, partai, kampus, masjid, rohis, dll. Yang jelas kita sudah paham arti dari kata aktivis. Yang jelas seorang aktivis itu pasti punya seabrek aktifitas dan bermanfaat. Tapi terkadang tak jarang seorang aktivis kurang disukai orang-orang di sekitarnya, tidak terkecuali aktivis da’wah sekalipun. Kenapa? Karena mereka hanya sekedar jadi aktivis saja, bukan aktivis ’ganteng’. Seorang aktivis ganteng tidak hanya bagus skill pribadinya tetapi dia juga punya skill sosial, atau istilahnya tidak hanya bagus hablumminallahnya saja, tetapi hablumminannasnya juga bagus. Seringkali seorang aktivis terkesan eksklusif dan menutup diri, karena dia merasa cukup hanya menjadi AKTIVIS (Aqidah bersih, Kuat fisiknya, Teratur, Ibadahnya benar, Vokal, Intelek, Secara ekonomi mandiri)

Yuk, kita bahas apa yang dimaksud AKTIVIS menurut saya :

A = Aqidahnya bersih (Salimul Aqidah)
Aqidah yang bersih merupakan sesuatu yang harus ada pada setiap muslim, terlebih seorang aktivis da’wah. Dengan aqidah yang bersih, seorang muslim akan memiliki ikatan yang kuat pada Allah dan dengan ikatan yang kuat itu, dia tidak akan menyimpang dari jalan dan ketentuan-ketentuanNya. Dengan kebersihan dan kemantapan aqidah, seorang muslim akan menyerahkan segala perbuatannya kepada Allah.

K = Kuat fisiknya (Qowiyyul Jismi)
Kekuatan fisik atau jasmani merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang harus ada. Kekuatan jasmani berarti seorang muslim memiliki daya tahan tubuh sehingga dapat melaksanakan ajaran islam secara optimal dengan fisiknya yang kuat. Sholat, puasa, zakat dan haji merupakan amalan di dalam islam yang harus dilaksanakan dengan fisik yang sehat atau kuat, apalagi perang di jalan Allah dan bentuk-bentuk perjuangan yang lainnya. Oleh karena itu, kesehatan jasmani harus mendapat perhatian seorang aktivis dan pencegahan dari penyakit jauh lebih utama dari pengobatan.

T = Teratur dalam suatu urusan (Munzhzhamun fii syu’unihi)
Teratur dalam suatu urusan termasuk dalam kepribadian seorang aktivis yang ditekankan oleh Al Qur’an maupun sunnah. Oleh karena itu, dalam hukum Islam, baik yang terkait masalah ubudiyah maupun muamalah harus diselesaikan dan dilaksanan dengan baik. Ketika suatu urusan ditangani secara bersama-sama maka diharuskan bekerjasam dengan baik sehingga Allah menjadi cinta kepadanya.

I = Ibadahnya benar (Shohihul ibadah)
Ibadah yang benar merupakan salah satu perintah Rasul yang penting, seperti dalam hadisnya yang berbunyi ”Sholatlah kamu seperti kamu melihat aku sholat”. Dari ungkapan itu, dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan setiap peribadatan haruslah sesuai dengan sunnah Rasul yang berarti tidak boleh ada unsur penambahan atau pengurangan.

V = Vokal
Vokal atau berani menyampaikan pendapat mutlak menjadi syarat seorang aktivis terlebih lagi aktivis da’wah. Mungkinkah kita bisa menyampaikan suatu kebenaran jika kita tidak memiliki keberanian berbicara ? paling tidak keberanian menyampaikan ide. Akan tetapi di kalangan para aktivis da’wah yang terlalu vokal malah sering menyakiti orang lain.

I = Intelek pikirannya (Mutsaqaful Fikri)
Intelek dalam berpikir(mutsaqqoful fikri) merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang penting. Karena itu salah sifat rasul adalah fatonah (cerdas) dan Alqur’an banyak mengungkap ayat-ayat yang merangsang manusia untuk berpiki.
Di dalam Islam, tidak ada satupun perbuatan yang harus kita lakukan,kecuali harus dimulai dengan aktivitas berpikir. Karenanya seorang muslim harus memiliki wawasan keislaman dan keilmuan yang luas.

S= Secara ekonomi mandiri
Memiliki kemampuan usaha sendiri atau yang juga disebut dengan mandiri (qodirun alal kasbi) merupakan ciri lainyang harus ada pada seorang aktivis. Ini merupakan sesuatu yang sangat di perlukan . Mempertahankan kebenaran dan berjuang menegakkannya baru bisa di laksanakan manakala seseorang memiliki kemandirian, terutama dari segi ekonomi. Karena seseorang kuat dan mandiri secara ekonomi sulit di dekte dan ditekan orang lain tul ga?


Ketika seseorang telah memenuhi kriteria ”AKTIVIS” diatas pantaslah dia diberi gelar ’aktivis’. Tetapi itu belum cukup, karena dia akan menjadi seorang aktivis yang hanya memiliki kesolehan (skill) pribadi, belum memiliki (skill) sosial. Atau dalam istilah lainnya hanya cerdas secara intelektual dan spiritual(IQ dan SQ) tetapi belum cerdas emosi (EQ). Seorang aktivis dakwah tidak cukup hanya jadi ”AKTIVIS” saja tetapi juga harus ”GANTENG” (Gesit, Amanah, No Reason, Tanggap, Empati, Nahkoda handal, Gentle).

G= Gesit

Gesit atau gerak cepat sudah menjadi tuntutan dakwah bagi para aktivisnya. Dakwah seringkali berubah, dan membutuhkan tindakan cepat untuk menanganinya.

A= Amanah

Amanah sebuah kata yang teramat mudah untuk ditulis tetapi teramat berat dipikul, mungkin lagi berharu-biru perasaan dalam diri. Amanah, sebuah kata yang dengannya kita bisa menjadi hina dan dengannya juga kita bisa menjadi mulia. Sebuah petualangan yang membawa dan menunjukkan siapa sebenarnya diri kita, karena siapapun dirimu itulah identitasmu

N= No reason, dalam dakwah

Kita seringkali melihat atau mengalami sendiri menolak tugas (amanah), dan kita ternyata kita punya seribu satu alasan untuk menolak. Dan alasan klasik kita adalah sibuk , atau ”4A” (Afwan Ana Ada Acara”). Atau yang lebih halus dan terlihat lebih tawadhu’ seperti” Ane ga pantes nrima amanah ini, ilmu ana masih sedikit. Karena jika suatu pekerjaan diserahkan pada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancurannya’’. (walah-walah pake hadist segala).

T= Tanggap

Permasalahan dakwah semakin hari semakin kompleks dan membutuhkan penganan yang cepat dan tepat. Untuk menyelesaikan masalah dengan cepat dan tepat dibutuhkan aktivis yang tanggap, baik tanggap terhadap masalah, situasi maupun kondisi. Selain itu juga tanggap terhadap masalah orang-orang disekitarnya(tanggap lingkungan).

E= Empati

Merasakan apa yang dirasakan oleh orang-orang disekitarnya (obyek dakwah). Kegelisahan para obyek dakwah ini seringkali tercermin dari wajah, dan lebih jelas lagi dari kata-kata. Maka sebaiknya para aktivis ini mampu menangkap kegelisahan obyek-obyek dakwahnya dan segera memberikan solusi.

N= Nahkoda handal

Seorang aktivis juga harus siap menjadi pemimpin dimana saja dan kapan saja. Seringkali obyek dakwah mengandalkan para aktivis untuk menyelesaikan masalahnya, karena mereka menganggap aktivis tersebut dapat daiamalkan untuk memimpin mereka menyelesaikan masalah.

G= GENTLE

Bersikap jantan atau gentle harus dimiliki para aktivis dakwah. Sebagai Jundullah(tentara Allah) haruslah memiliki keberanian di atas rata-rata. Baik itu berani bertanggung jawab, berani mengaku salah, berani menghadapi masalah, berani berkata ”tidak’’, dll.

Jadi, hanya ’aktivis ganteng’ saja yang bisa menghadapi gelombang dakwah yang penuh tantangan. Karena dia punya skill pribadi (IQ dan SQ) dan skill sosial (EQ), sehingga sukses dalam menjalankan amanah dakwah, sukses berinteraksi dengan obyek dakwah (masyarakat), juga sukses dalam meningkatkan potensi diri. Bagaimana, siap jadi” AKTIVIS GANTENG”?

Read More ..

Hidup Ini Sederhana

Ada seseorang saat melamar kerja, memungut sampah kertas di lantai ke dalam tong sampah, dan hal itu terlihat oleh peng-interview, dan dia mendapatkan pekerjaan tersebut.

* Ternyata untuk memperoleh penghargaan sangat mudah, cukup memelihara kebiasaan yang baik.

Ada seorang anak menjadi murid di toko sepeda. Suatu saat ada seseorang yang mengantarkan sepeda rusak untuk diperbaiki di toko tsb. Selain memperbaiki sepeda tsb, si anak ini juga membersihkan sepeda hingga bersih mengkilap. Murid-murid lain menertawakan perbuatannya. Keesokan hari setelah sang empunya sepeda mengambil sepedanya, si adik kecil ditarik/diambil untuk kerja di tempatnya.

* Ternyata untuk menjadi orang yang berhasil sangat mudah, cukup punya inisiatif sedikit saja.

Seorang anak berkata kepada ibunya: "Ibu hari ini sangat cantik."
Ibu menjawab: "Mengapa?"
Anak menjawab: "Karena hari ini ibu sama sekali tidak marah-marah."

* Ternyata untuk memiliki kecantikan sangatlah mudah, hanya perlu tidak marah-marah.

Seorang petani menyuruh anaknya setiap hari bekerja giat di sawah.
Temannya berkata: "Tidak perlu menyuruh anakmu bekerja keras, tanamanmu tetap akan tumbuh dengan subur."
Petani menjawab: "Aku bukan sedang memupuk tanamanku, tapi aku sedang membina anakku."

* Ternyata membina seorang anak sangat mudah, cukup membiarkan dia rajin bekerja.

Seorang pelatih golf berkata kepada muridnya: "Jika sebuah bola jatuh ke dalam rerumputan, bagaimana cara mencarinya?"
Ada yang menjawab: "Cari mulai dari bagian tengah."
Ada pula yang menjawab: "Cari di rerumputan yang cekung ke dalam."
Dan ada yang menjawab: "Cari di rumput yang paling tinggi."
Pelatih memberikan jawaban yang paling tepat: "Setapak demi setapak cari dari ujung rumput sebelah sini hingga ke rumput sebelah sana ."

* Ternyata jalan menuju keberhasilan sangat gampang, cukup melakukan segala sesuatunya setahap demi setahap secara berurutan, jangan meloncat-loncat.

Katak yang tinggal di sawah berkata kepada katak yang tinggal di pinggir jalan: "Tempatmu terlalu berbahaya, tinggallah denganku."
Katak di pinggir jalan menjawab: "Aku sudah terbiasa, malas untuk pindah."
Beberapa hari kemudian katak "sawah" menjenguk katak "pinggir jalan" dan menemukan bahwa si katak sudah mati dilindas mobil yang lewat.

* Ternyata sangat mudah menggenggam nasib kita sendiri, cukup hindari kemalasan saja.

“YANG PALING PENTING, HIDUP INI HARUS BERMANFAAT BUAT ORANG LAIN.”

Read More ..